Ciri-ciri Novel Angkatan 20-30an :
1.
Tema
berkisar masalah adat dan kawin paksa
2.
Isinya
mengkritik, keburukan adat lama dalam soal perkawinan.
3.
Tokoh-tokohnya
diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
4.
Konflik
para tokoh umumnya disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat
dan timur)
5.
Pleonasme
(menggunakan kata-kata yang berlebihan)
6.
Bahasa terkesan kaku dan statis
7.
Bahasanya
sangat santun
8.
Para
penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera
Karakteristik Novel Angkatan
20-an dan Angkatan 30-an
Ã
Bahasa
Novel Angkatan 20-an :
Novel Angkatan 20-an :
Bahasanya mengutamakan keindahan bahasa daripada isi ,
menggunakan ejaan lama, pepatah, pribahasa sehingga pembaca sukar untuk
mengerti isi dari cerita tersebut.
Novel
Angkatan 30-an :
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya, sudah mendekati
bahasa pada novel zaman sekarang.
Ã
Pola Pikir Masyarakat
Novel
Angkatan 20-an :
Pola pikir masyarakat masih kolot, terbelakang. Masih
percaya akan adanya hal mistik dan sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan.
Juga hanya perkataan orangtua lah yang paling benar dan harus dituruti.
Novel
Angkatan 30-an :
Pola pikir masyarakat semakin maju. Kaum wanita juga
ingin maju seperti kaum lelaki.
Ã
Tema Novel
Novel
Angkatan 20-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema pada novel
angkatan 20-an adalah kawin paksa, pertentangan adat, pertentangan antara kaum
tua dan kaum muda.
Novel
Angkatan 30-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema novel angkatan
30-an adalah perbedaan laki-laki dan perempuan, perempuan ingin maju,
emansipasi wanita.
Mengidentifikasi
kebiasaan,adat,etika pada novel Angkatan 20-30-an
ETIKA
|
ADAT
|
KEBIASAAN
|
Suami kadang menyiksa
istri
|
Kehidupannya bergotong
royong
|
Telekomunkasi jarak jauh
asih menggunakan surat atau telegram
|
Orang berpacaran mesih
sopan
|
Pernikahan masih
menggunakan sistem perjodohan
|
Pernikahan dipandang dari
bibit, bebet, dan bobot
|
Anak patuh terhadap
orangtuanya, walaupun keinginan orangtuanya tidak sesuai dengan keinginannya
|
Masih percaya pada
takhayul atau animisme dan dinamisme
|
Anak laki-laki biasanya
pergi merantau untuk mencari pekerjaan
|
Anak membantu pekerjaan
orangtuanya
|
|
|
Persaudaraan masih
dipandang dari harta
|
|
|
Agama dijunjung
tinggi(terutama Islam)
|
Mengenai warisan, harta
benda yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi hak/diambil alih oleh
keluarga asal bukan keluarga setelah menikah (Sumatra)
|
Para Pemuda memainkan
permainan
sepak raga (prmainan
bola kaki)
|
Kehidupannya bergotong
royong
|
Aturan adat sangat ketat,
dan bagi yang melanggar hukumannya berat
|
Masih zaman penjajahan
Belanda
|
Yang berkuasa sering
semena-mena, bahkan berbuat kejam
|
Penyerahan kekuasaan
terhadap penerusnya dalam suatu daerah diserahkan oleh pemegang
jabatan/kekuasaan sebelumnya
|
Hampir semua pemuda di
daerah
tersebut mengenal ilmu
bela diri
|
|
|
Banyak penduduk yang tidak
bisa membaca
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar