Cari Blog Ini

Minggu, 01 Februari 2015

Bahasa Indonesia - " Karakteristik Novel Angkatan 20-an dan Angkatan 30-an"



Ciri-ciri Novel Angkatan 20-30an :
1.        Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa
2.        Isinya mengkritik, keburukan adat lama dalam soal perkawinan.
3.        Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
4.        Konflik para tokoh umumnya disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur)
5.        Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan)
6.         Bahasa terkesan kaku dan statis
7.        Bahasanya sangat santun
8.        Para penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera

Karakteristik Novel Angkatan 20-an dan Angkatan 30-an
à     Bahasa
Novel  Angkatan 20-an :
Bahasanya mengutamakan keindahan bahasa daripada isi , menggunakan ejaan lama, pepatah, pribahasa sehingga pembaca sukar untuk mengerti isi dari cerita tersebut.
Novel Angkatan 30-an :
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya, sudah mendekati bahasa pada novel zaman sekarang.
à     Pola Pikir Masyarakat
Novel Angkatan 20-an :
Pola pikir masyarakat masih kolot, terbelakang. Masih percaya akan adanya hal mistik dan sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan. Juga hanya perkataan orangtua lah yang paling benar dan harus dituruti.
Novel Angkatan 30-an :
Pola pikir masyarakat semakin maju. Kaum wanita juga ingin maju seperti kaum lelaki.
à   Tema Novel
Novel Angkatan 20-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema pada novel angkatan 20-an adalah kawin paksa, pertentangan adat, pertentangan antara kaum tua dan kaum muda.
Novel Angkatan 30-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema novel angkatan 30-an adalah perbedaan laki-laki dan perempuan, perempuan ingin maju, emansipasi wanita.

Mengidentifikasi kebiasaan,adat,etika pada novel Angkatan 20-30-an

ETIKA
ADAT
KEBIASAAN
Suami kadang menyiksa istri
Kehidupannya bergotong royong
Telekomunkasi jarak jauh asih menggunakan surat atau telegram
Orang berpacaran mesih sopan
Pernikahan masih menggunakan sistem perjodohan
Pernikahan dipandang dari bibit, bebet, dan bobot
Anak patuh terhadap orangtuanya, walaupun keinginan orangtuanya tidak sesuai dengan keinginannya
Masih percaya pada takhayul atau animisme dan dinamisme
Anak laki-laki biasanya pergi merantau untuk mencari pekerjaan
Anak membantu pekerjaan orangtuanya


Persaudaraan masih dipandang dari harta


Agama dijunjung tinggi(terutama Islam)
Mengenai warisan, harta benda yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi hak/diambil alih oleh keluarga asal bukan keluarga setelah menikah (Sumatra)
Para Pemuda memainkan permainan
 sepak raga (prmainan bola kaki)
Kehidupannya bergotong royong
Aturan adat sangat ketat, dan bagi yang melanggar hukumannya berat
Masih zaman penjajahan Belanda
Yang berkuasa sering semena-mena, bahkan berbuat kejam
Penyerahan kekuasaan terhadap penerusnya dalam suatu daerah diserahkan oleh pemegang jabatan/kekuasaan sebelumnya
Hampir semua pemuda di daerah
tersebut mengenal ilmu bela diri


Banyak penduduk yang tidak
bisa membaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar