LAPORAN
PENDAHULUAN
FEBRIS
CONVULTION (KEJANG DEMAM)
A.
KONSEP MEDIS
·
PENGERTIAN
a.
Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol
dari sel saraf cortex yang ditandai dengan serangan yang tiba-tiba (Marillyn.
Doengoes. 1999. 252)
b.
Deman merupakan respon normal tubuh terhadap infeksi
(John Biddulph. 1999. 159)
c.
Kejang demam suatu kejadian pada bayi atau anak,
biasanya berasal atau terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Berhubungan
dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu. (consensus statement on febrine seizures. 1980)
d.
Kejang demam adalah terbatasnya sekelompok neuron
secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi
atau memori yang bersifat sementara (Hudak and gallo, 1996)
e.
Kejang demam adalah bersifat serangan pada anak yang
etrjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Welley and wang’s edisi III, 1996)
·
ETIOLOGI
Kejang dapat disebabkan oleh
berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak,
meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat
gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral.
Sebagian kejang merupakan idiopati.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kejang demam:
a. Umur
b. Suhu badan
c. Faktor keluhan
Penyebab dari kejang demam dibagi 6 kelompok yaitu:
1.
Obat-obatan
Racun, alkohol, obat yang diminum berlebihan
2.
Ketidak seimbangan kimiawi
Hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis
3.
Demam
Paling sering terjadi pada anak balita
4.
Patologis otak
Akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi,
peningkatan TIK
5.
Eklamsia
Hipertensi prenatal, toksemia gravidarum
Hipertensi prenatal, toksemia gravidarum
6.
Idiopatik
Penyebab tidak diketahui
·
TANDA DAN GEJALA
Terjadinya bangkitan kejang pada
beyi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan
tepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya
Tonsilitis, Otitis media omula bronkitis, Furunkolisis dan lain-lain.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkatbdengan sifat bangkitan alat berbentuk tonek-kronik lokal atau akinetik, umumnya kejang berhenti dengan sendiri.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkatbdengan sifat bangkitan alat berbentuk tonek-kronik lokal atau akinetik, umumnya kejang berhenti dengan sendiri.
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
1.
Kejang demam sementara
·
Umur antara 6 bulan – 4 tahun
·
Lama kejang < 15menit
·
Kejang bersifat umum
·
Kejang terjadi dalam waktu 16jam setelah timbulnya
demam
·
Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun
laboratorium
·
Eeg normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
2.
Kejang demam komplikata
·
Diluar kriteria tersebut diatas
·
KOMPLIKASI
a)
Hipoksia
b)
Hiperpireksia
c)
Asidosis
d)
Enjatan atau sebab otak
·
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama pada beyi kecil seringkali gejala menigitis tidak
jelas, sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada beyi berumur kurang dari 6
bulan, dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan, dapat digunakan
untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang
dikemudian hari, saat ini pemeriksaan eeg tidak dianjurkan untuk pasien kejang
demam sederhana, pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi.
·
PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan kejang ada 3 faktor yaitu:
1.
Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita datang dalam keadaan status
konvulsifus, obat pilihan utama adalah diasepam yang diberikan secara
intravena, keampuhan diazepam yang diberikan secara intravena keberhasilan
untuk menekan kejang. Efek terapeutik sangat cepat yaitu antara 30detik sampai
50menit pemberian suntikan bila masih kejang suntikan ketika dengan dosis yang
sama tetapi pemberiannya secara intravena muscular dengan harapan kejang demam
cepat terhenti.
2.
Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang jangan lupa dengan
pengobatan penunjang, semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya
miring untuk mencegah aspirasi isi lambung penting sekali mengusahakan jalan
napas yang bebas, agar oksigenasi terjamin, kalau perlu pengisapan lendir dilakukan
secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen.
3.
Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan
rumat, daya kerja diazepam sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60menit
sesudah disuntik, oleh sebab itu harus diberikan obat epleptik dengan daya
kerja lebih lama, misalnya penobarbital atau difehidration.
B.
KONSEP
KEPERAWATAN
1)
PENGKAJIAN
·
(Data
subjektif)
Identitas pasien
Keluhan utama: suhu badan tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi,
badan mengigil, lesu, gelisah dan rewel serta sulit tudur, berkeringat, wajah
merah
Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan
o
Awal
serangan
Awalnya bedan mengigil, lesuh anak gelisah dan rewel, serta sulit tidur,
berkeringat, wajah merah dan mengakibatkan suhu bada tinggi, dan akhirnya
terjadi demam dan kejang.
o
Riweyat
kesehatan yang lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
o
Riwayat
psikososial keluarga
Dirawat akan menjadi stresor bagi anak itu sendiri, maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak diketahui prosedur dan pengobatan
anak.
o
Kebutuhan
dasar
ü Pola eliminasi: perubahan BAK/BAB
jarang atau banyak
ü Pola nutrisi: untuk mengetahui asupan
kebutuhan gizi anak
ü Pola aktifitas: apakah anak senang
bermain sendiri/ di teman sebaya
ü Pola istirahat tidur: beberapa jam
sehari tidur, kebiasaan tidur.
·
(Data
objektif)
o
Pemeriksaan
fisik
ü Kepala:
Inspeksi: adakah kelainan pada kepala.
Palpasi: adakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial,
ubun-ubun cembung.
ü Rambut
Inspeksi: warna, ketebalan, dg malnutrisi energi protein,
rambut jarang
ü Muka/wajah
Inspeksi: simetris/tidak, adanya tanda rhisus sardonicus, opistonus, trimus
Inspeksi: simetris/tidak, adanya tanda rhisus sardonicus, opistonus, trimus
ü Mata: saat kejang terjadi dilatasi
pupil, periksa sklera, konjungtuva
ü Telinga: periksa fungsi telinga,
kebersihan, bengkak, nyeri tekan keluar cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran.
ü Mulut: tanda-tanda sardonicus, synosis,
stomatitis, caries gigi
ü Kulit: adakah odema, hemangioma,
turgor kulit
ü Ekremitas: apakah terdapat odema,
paralise terutama setelah kejang.
ü Genetalia: -
ü Pemeriksaan penunjang
a) Darah → glukosa darah
→ BUN
→ elektrolit
b) Cairan cerebrospinal
c) Skull ray
d) Transiluminasi
e) EEG
f) CT scan
g) Rongten
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Potensi terjadinya kejang ulang
berhubungan dengan hipertermi
b. Poternsial terjadinya trauma fisik
berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan hipertermi
d. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan
keterbatasan informasi
Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
|
|
Tujuan :
klien tidak mengalami kejang selama
berhubungan dengan hipertermi
|
|
Kriteria hasil :
ü Tidak terjadi serangan kejang ulang
ü Suhu 36,5-37,5oc (bayi), 36-37.5oc
(anak)
ü Nadi 110-120x/menit (bayi),
100-110x/menit (anak)
ü Respirasi 30-40x/menit(bayi),
24-28x/menit (anak)
ü Kesadaran composmentis
|
|
Rencana tindakan:
|
|
Intervensi
a. Longgarkan pakaian, berikan tipis yang
mudah menyerap keringat
b. Berikan kompres dingin
c. Berikan ekstra cairan (susu, sari
buah, dll)
d. Observasi kejang dan tanda vital
tiap 4 jam
e. Batasi aktivitas selama anak panas
f.
Berikan antiperitikadan pengobatan sesuai advis dokter
|
Rasional
a. Proses konveksi akan terhalang oleh
pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat
b. Perpindahan panas secara konduksi
c. Saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat
d. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan
yang akan dilakukan
e. Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
dan peningkatan panas
f.
Menerunkan panas pada saat pusat hipotalamus dan sebagai propilaktis
|
Poternsial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
|
|
Tujuan :
klien tidak terjadi trauma fisik
selama perawatan
|
|
Kriteria hasil :
ü Tidak terjadi trauma fisik selama
perawatan
ü Mempertahankan tindakan yang
mengontrol aktivitas kejang
ü Mengidentifikasi tindakan yang
harus diberikan ketika terjadi kejang.
|
|
Rencana tindakan:
|
|
Intervensi
a. Beri pegangan pada sisi tempat
tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah
b. Tinggallah bersama klien selama
kejang
c. Berikan tongue spatel diantara gigi
atas dan bawah
d. Letakkan klien ditempat yang lembut
e. Catat tipe kejang (lokasi, lama)
dan frekuensi kejang
f.
Catat tanda-tanda vital sesudah kejang
|
Rasional
a. Meminimalkan injuri saat kejang
b. Meningkatkan keamanan klien
c. Menurunkan resiko trauma pada mulut
d. Membantu menurunkan resiko injuri
fisik pada ekstrimitas ketika kontrol otot volunter berkurang
e. Membantu menurunkan lokasi area
cerebral yang terganggu
f.
Mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
|
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
|
|
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
|
|
Kriteria hasil :
ü suhu tubuh 36-37,5oc,
ü N: 100-110x/menit,
ü RR: 24-28x/menit,
ü kesadaran composmentis,
ü anak tidak rewel.
|
|
Rencana tindakan:
|
|
Intervensi
a.
Kaji faktor-faktor terjadinya hipertermi
b.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4jam sekali
c.
Pertahankan suhu tubuh normal
d.
Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala/ketiak
e.
Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
f.
Anjurkan sirkulasi udara ruangan
g.
Beri extra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
h.
Batasi aktivitas fisik
|
Rasional
a.
Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi karena penambahan pakaian/
selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
b.
Pemantauan tanda-tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan
keperawatan selanjutnya
c.
Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat afektif, suhu lingkungan,
kelembapan tinggikan mempengaruhi panas atau bahan perantara
d.
Proses konduksi/ perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
e.
Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak
dapat menyerap keringat.
f.
Penyediaan udara bersih
g.
Kebutuhan caira meningkat karena penguapan tubuh meningkat
h.
Aktivitas meningkatkan metabolisme peningkatan panas
|
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbatasan informasi
|
|
Tujuan :
pengetahuan keluarga
|
|
Kriteria hasil :
ü Keluarga tidak sering bertanya
tentang penyakit anaknya
ü Keluarga mampu diikutsertakan dalam
proses keperawatan
ü Keluarga mentaati setiap proses
keperawatan
|
|
Rencana tindakan:
|
|
Intervensi
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Berikan penjelasan kepada keluarga
sebab akibat kajang demam
c. Jelaskan setiap tindakan perawatan
yang akan dilakukan
d. Berikan Health Education tentang
cara menolong anak yang kejang dan mencegah kejang demam
e. Berikan Health Education agar
selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas
f.
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang menderita panyakit menular sehingga tidak
mencetuskan kenaikan suhu
g. Beritahukan keluarga jika akan
mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa
anaknya pernah menderita kejang demam.
|
Rasional
a. Mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat
b. Penjelasan tentang kondisi yang
dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga
c. Agar keluarga mengetahui tujuan setiap
tindakan keperawatan
d. Sebagai upaya alih informasi dan
mendidik keluarga agar mendiri dalam mengatasi masalah kesehatan
e. Mencegah peningkatan suhu lebih
tinggi dan serangan kejang ulang
f.
Sebagai upaya preventif serangan ulang
g. Imunisasi pertuitis memberikan
reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam
|
3) PENATALAKSANAAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan monitor
kemajuan kesehatan klien (santosa. NI, 1980; 162)
4) EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan
langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya. (santosa. NI,
1989. 162)
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK
Pengkajian
tanggal : Pamekasan,
5-8-2013
Jam :
08.30 WIB
Tanggal
MRS : Pamekasan, 5-8-2013
No.RM : 456789
Ruang/kelas : Ruang Anak/ Kelas 1
Diagnosa
masuk : Kejang
demam
Identitas anak
Nama : An. A
Alamat : Jl. Mawar
Tanggal
lahir : Pamekasan, 5-5-2013
Diagnosa
medis : Febris Conviltion
Jenis
kelamin :
Laki-laki
Sumber
informasi : Orang Tua
Riwayat sakit dan kesehatan
Keluhan
utama : Demam mulai kemaren + kejang,
setelah turun
demamnya
kejang dan demam lagi
Riwayat
penyakit saat ini : Febris Convultion
Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat
kesehatan yang lalu : dulu
pernah sakit batuk pilek dan diare, pernah MRS
Penyakit yg pernah diderita : Batuk pilek, diare
Penyakit yg pernah diderita : Batuk pilek, diare
Alergi
makanan :
tidak ada
Operasi :
tidak pernah
Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit
yang pernah diderita keluarga : Ibu
menderita tekanan darah tinggi
Lingkungan
remah dan komunitas :
Perumahan/ kompleks
Perilaku
yang mempengaruhi kesehatan : Bapak
pasien seorang perokok
Persepsi
keluarga terhadap penyakit anak :
Antusias untuk mempercepat kesembuhan
anaknya
Riwayat nutrisi
Nafsu
makan : tidak
Pola
makan : 2x/ hari
Minum
: ASI jumlah 500cc/ hari
kadang tidak habis
Pantangan
makan : tidak ada
Menu
makanan :
bubur/ nasi team
Riwayat pertumbuhan
BB
saat ini : 15 kg
BB
saat lahir : 38,00gr
Panjang lahir :
49 cm
TB : 65 cm
BB sebelum sakit : 18kg
TB : 65 cm
BB sebelum sakit : 18kg
Riwayat perkembangan
Pengkajian perkembangan (DDST) : Meniru, mengatakan 10 kata/ lebih
Tahap perkembangan psikosexual : Percaya tidak percaya
Tahap perkembangan psikososial : Px beradaptasi dengan lingkungan
ROS (Review Of System)
Observasi dan
pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
Tanda-tanda vital
Keadaan umum : Lemah
Tanda-tanda vital
Nadi : 122x/menit,
Suhu : 38 o C
B1
Bentuk dada : Normal/ simetris
Pola nafas irama : Teratur
Jenis : Dispnoe
Suara nafas : Vesikuler
Sesak nafas : Tidak
Batuk : Tidak
Alat bantu pernafasan : Tidak
B2
Irama jantung : Reguler
Nyeri dada : Tidak
Bunyi jantung : Normal
Akral : Panas
Reflek fisiologis : Menghisap
Istirahat DRS : 6 jam/hari
Istirahat DRM : 8 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : minum susu (Asi)
Gangguan tidur : Bising
B3
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor
Seklera/konjungtiva : Normal
Pendengaran (telinga)
Gangguan pendengaran : tidak
Penciuman (hidung)
Bentuk : Normal
Gangguan penciuman : Tidak
Kebersihan : Kotor
B4
Urine : Jumlah 500cc/ hari
Warna : kuning Normal
Alat bantu (kateter) : Tadak ada
Kandung kemih : Tidak ada pembesaran
Bentuk alat kelmin : Normal (simetris)
Uretra : Normal
B5
Nafsu makan : Menurun
Porsi makan : Tidak habis
Minum : 500cc/ hari, jenis ASI
Mulut dan Tenggorokan
Mulut : Kotor
Mukosa : Lembab
Tenggorokan : Normal
Abdomen
Perut : Tegang
Peristaltik : 5-35x/menit
Pembesaran hepar : Tidak
BAB : 1x/ hari
Konsistensi : Bau aseton, Warna Kuning
B6
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas
Kekuatan otot :
2
|
2
|
2
|
2
|
Warna kulit :
Pucat
Turgor : Jelek
Odema : Tidak ada
Personal higiene
Mandi : 2x/ hari
Sikat gigi : -
Keramas : 2x/ hari
Ganti pakaian : 3x/ hari
Memotong kuku : -
Turgor : Jelek
Odema : Tidak ada
Personal higiene
Mandi : 2x/ hari
Sikat gigi : -
Keramas : 2x/ hari
Ganti pakaian : 3x/ hari
Memotong kuku : -
Psikologi – sosial – spiritual
Ekspresi efek dan emosi : Gelisah
Hubungan dengan keluarga : Akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : Anak merasa tidak kerasan di Rumah Sakit
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua merasa stress
Data Penunjang:
Laboratorium. Ref.
|
|
WBC 2,71 k/ul 4,0 -
11,0
LYM 4,4 RM 16,3%L 0,8 - 4,0 MID 2,4 8,7%M 20,0 - 40,0 GRAN 20,3 R3 75,0%G 0,1 - 0,9 RBC 4,21 m/ul 4,00 - 5,00 HGB 10,3 g/dl 12,0 - 18,0 HTC 34,4% 35,0 - 48,0 |
MCV 8,18 FL 82,0 - 95,0
MCH 245 pg 27,0 - 31,0 MCHC 29,9 g/dl 32,0 - 36,0 RDW 16,0% 35,0 - 56,0 PLT 451 k/ul 150 – 450
MPV 6,9 FL 7,0 - 11,0
Tes gula darah acak 125mg/dl |
Terapi/ tindakan lain
Infus Wida DS 1/4
Cefotaxime 250mg
ETIOLOGI MASALAH
NO.
|
DATA
|
|
1
|
DS:
Ibu px mengatakan anaknya muntah tiap kali makan |
DO:
BB menurun
Porsi makan tihak habis Muntah ↓ Intake ↓ ↓ Kegagalan masukankebutuhan metabolik ↓ Perubahan nutrisi < dari kebutuhan Gangguan Nutrisi |
2
|
DS:
Ibu mengatakan anaknya demam mulai kemarin + kejang |
DO:
k/u Lemah makan (+), minum (+) S: 38 o C
N: 122x/menit
Akral hangat
lembab
Infeksi
↓ Evogenus pyrogens (bakteri virus) ↓ Sel inflamasi (makrofak nefrofil) ↓ Memproduksi endogens pyrogen ↓ Sintesis dalam hipotalamus ↓
↑ thermortia sel point
↓ Perubahan fisiologi dan tingkah laku ↓ Demam ↓ Mempengaruhi sistem saraf otak ↓ Perangsangan sistem saraf kortex serebral ↓ Kejang Gangguan peningkatan suhu tubuh B/d febris convultion |
NO
|
MASALAH
|
RENCANA TINDAKAN
|
1
|
Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d febris convultion
|
·
Lakukan pendekatan dg px dan keluarga
·
Observasi TTV
S:
38oC, N: 122x/menit
·
Beritahu tantang kondisi px saat ini
·
Anjurkan ibu untuk memberikan pakaian tipis pada anak
·
Kolaborasi dg tim medis dalam pemberian terapi
·
Menjalin hub. Saling kooperatif
·
Deteksi dalam terjadinya komplikasi
·
Mengurangi rasa cemas keluarga
·
Mengurangi panas pada pasien
·
Mempercepat k/u px kedalam kondisi semula
|
2
|
Gangguan rasa nyaman b/d hipertermi
|
·
Kaji faktorx terjadinya hipertermi
·
Observasi TTV tiap 4 jam sekali
S: 38oC, N: 122x/menit.
·
Pertahankan suhu tubuh normal
·
Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala/ ketiak
·
Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
·
Atur sirkulasi udara ruangan
·
Berikan extra cairan dg menganjurkan px banyak minum
·
Batasi aktifitas fisik Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi karena
penambahan pakaian/ selimut dapat menghambat penurunan suhu
tubuh
·
Pemantauan TTV yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan
selanjutnya.
·
Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan,
kelembapan, mempengaruhi panas/dinginnya tubuh
·
Proses konduksi/ perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
·
Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak
dapat menyerap keringat
·
Penyediaan udara bersih
·
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
·
Aktifitas meningkat metabolisme peningkatan panas
|
EVALUASI
NO.
|
TANGGAL
|
MASALAH
|
EVALUASI
|
1
|
14-07-2009
|
Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d
febris convultion
|
·
S:
ibu pasien mengatakan anaknya demam mulai kemarin + kejang
setelah turun, demam lagi
·
O:
k/ulemah
Ma/mi: -/+,
kembung: +
BAK/BAB: +/- S: 38oC, N: 122x/menit Akral: hangat, lembab Tx: infus wida DS ¼ NS
·
A:
masalah panas
·
P:
intervensi dilanjutkan
|
2
|
14-07-2009
|
Gangguan rasa nyaman b/d hipertermi
|
·
S:
ibu pasien mengatakan anaknya masih panas, perut
kembung
·
O:
k/u: lemah
Ma/mi: sedikit/+ Kembung: + BAB/BAK: -/+ S: 38,5oC, N: 122x/menit Akral: hangat Tx: infus NS
·
A:
masalah panas
·
P:
intervensi dilanjutkan
|