MAKALAH MATAKULIAH
P A T O L O G I
Gangguan Sirkulasi dan Cairan Tubuh dengan Penyakit Emboli,
Aterosklerosis, Shock, dan Dehidrasi
Disusun Oleh
:
Selly
Dwi Oktimerdhani
12.036
PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN
AKADEMI KEPERAWATAN
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Keseimbangan
cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusikan
ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit menandakan cairan
dan elektrolit tubuh total yang normal, demikian juga dengan distribusinya
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satunya terganggu, maka
demikian pula yang lainnya. Oleh karena itu, cairan dan elektrolit harus
dibicarakan secara bersama.
Cairan dan
elektrolit menciptakan lingkungan intraselular dan ekstraselular bagi semua sel
dan jaringan tubuh, sehingga ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat
terjadi pada semua golongan penyakit. Gangguan cairan dan elektrolit berkaitan
dengan penyakit sistemik mayor maupun dengan beberapa penyakit sistemik minor.
1
|
Berbagai
membran (kapiler, sel) memisahkan cairan tubuh total ke dalam dua bagian utama.
Pada orang dewasa, sekitar 40% berat badan atau dua pertiga dari TWB berada di
dalam sel atau disebut sebagai cairan intraselular (intracellular fluid, ICF). Sepertiga sisa TWB atau 20% dari berat
badan, berada di luar sel atau disebut sebagai cairan ekstraselular (extracellular fluid, ECF). Bagian cairan
ekstraselular dibagi lagi menjadi bagian cairan interstisial-limfe (ISF) yang
terletak diantara sel (15%) dan cairan intravaskular (IVF) atau plasma (5%).
Selain ISF dan IVF, sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokular, dan sekresi saluran cerna, membentuk sebagian kecil (1% sampai 2%
dari berat badan) dari cairan ekstraselular yang disebut sebagai cairan
transelular.
Oleh karena
itu, jika kebutuhan cairan dan elektrolit terganggu maka akan menyebabkan
beberapa penyakit, yaitu diantaranya emboli, arteriosklerosis, shock, dan
dehidrasi.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan emboli?
2.
Apa yang dimaksud dengan
arteriosklerosis?
3.
Apa yang dimaksud dengan shock?
4.
Apa yang dimaksud dengan dehidrasi?
1.3
Tujuan
Masalah
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penyusun dalam hal atau
gambaran patologi tentang penyakit emboli, aterosklerosis, shock, dan dehidrasi.
Serta untuk salah satu syarat dalam penugasan makalah matakuliah Patologi tahun
ajaran 2012/2013.
PEMBAHASAN
1.1
Embolisme
1.1.1
Definisi
Transportasi massa fisik yang terbawa dalam aliran
darah dari satu tempat ke tempat lain dan tersangkut di tempat baru dinamakan
embolisme. Massa fisik itu sendiri dinamakan embolus. Emboli pada manusia yang
paling sering dijumpai berasal dari trombus dan dinamakan tromboemboli. Namun,
banyak zat atau benda lain yang dapat
menjadi emboli. Pecahan jaringan dapat menjadi emboli bila memasuki
sistem pembuluh darah, biasanya terjadi pada trauma. Sel-sel kanker dapat menjadi
emboli, dan merupakan cara penyebaran penyakit yang memperburuk keadaan pasien.
Benda asing yang disuntikkan ke dalam sistem kardiovaskular dapat menjadi
embolus. Tetesan cairan yang terbentuk dalam sirkulasi akibat dari berbagai
keadaan atau yang masuk ke dalam sirkulasi melalui suntikan dapat menjadi
embolus, bahkan gelembung gas dapat juga menjadi embolus.
1.1.2
Patogenesis,
Perjalanan, dan Efek
3
|
Emboli yang tersangkut pada sirkulasi arterial berasal
dari bagian kiri sistem sirkulasi, baik dalam ruang-ruang jantung kiri atau
arteri yang besar. Satu-satunya jalan bagi emboli yang berasal dari sirkulasi
vena untuk tersangkut pada arteri adalah menghindari paru melalui defek dalam
septum interatrial atau interventrikular jantung. Keadaan ini dinamakan
embolisme paradoks dan jarang sekali ditemukan. Emboli arteri paling sering
ditemukan berasal dari trombus intrakardium atau lebih jarang dari trombus
mural dalam aorta atau salah satu cabangnya yang besar.
Gelembung gas pada berbagai keadaan dapat menjadi
emboli. Salah satu keadaan dinamakan penyakit caisson, lebih dikenal sebagai
kejang urat. Keadaan ini timbul jika seseorang tinggal di bawah tekanan atmosfer
yang meningkat, seperti dalam sebuah caisson bertekanan atau di bawah air
dengan perlengkapan penyelam. Pada keadaan ini makin banyak gas atmosfer yang
terlarut dalam darah. Jika terjadi dekompresi yang mendadak, maka akibatnya
sama seperti apa yang terlihat jika sebuah botol soda hangat tiba-tiba dibuka. Banyak
sekali gelembung gas kecil timbul dalam sirkulasi dan dibawa ke berbagai tempat
dalam tubuh tempat gelembung-gelembung tersebut tersangkut dalam
mikrosirkulasi, dan menyumbat aliran darah ke jaringan. Kadang-kadang timbul
keadaan yang sama jika udara atmosfer memasuki pembuluh vena akibat kesalahan
infus intravena atau pemasangan kateter, atau kadang-kadang pada tindakan
pembedahan jika harus memotong pembuluh darah besar. Pada embolisme udara
masif, bolus udara yang besar dapat masuk ke bagian kanan jantung, dan pada
autopsi terlihat massa busa udara yang besar dan darah yang meregangkan jantung
dan pembuluh paru.
Suatu contoh embolisme tetesan cairan adalah embolisme
lemak traumatik. Sesuai dengan namanya, emboli ini terdiri dari butir-butir
lemak, cenderung terbentuk di dalam sirkulasi setelah terjadi trauma. Tempat
penyumbatan yang sering adalah mikrosirkulasi paru. Embolisme lemak ringan
sebagian besar dapat timbul setelah tindakan pembedahan tempat jaringan lemak
diinsisi, hal tersebut memungkinkan bahan lipid masuk pembuluh darah. Pada
keadaan seperti ini emboli kecil yang tersebar dan tersangkut dalam paru tidak
menimbulkan gejala dan dapat diabaikan. Keadaan serupa timbul jika tulang
patah, dan jelas disertai dengan pembebasan lipid masuk ke dalam sinusoid
sumsum tulang. Emboli lemak paru yang tersebar seperti ini tidak menimbulkan
gejala dan dapat diabaikan. Namun, kadang-kadang setelah cedera akibat trauma,
embolisme lemak dapat masif. Tidak jelas apakah dalam keadaan ini semua tetesan
lemak berasal dari trauma pada sel-sel lemak. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
pada keadaan ini lipid yang biasanya terbawa dalam aliran darah bergabung
menjadi satu. Pada setiap keadaan saat terdapat embolisme lemak yang cukup
masif, dapat timbul gejala kesukaran bernapas, biasanya dalam satu atau dua
hari pertama setelah trauma. Pada keadaan berat, emboli tersangkut pada berbagai
tempat dalam tubuh di luar paru, temasuk kulit, dan yang lebih penting pada
sistem saraf pusat. Pada kedua daerah terakhir tersebut, embolus lemak
mikroskopik disertai dengan perdarahan petekia. Di otak, fokus kecil nekrosis
mengelilingi setiap pembuluh yang tersumbat. Pada keadaan yang jarang terjadi
ini, embolisme lemak dapat mematikan, biasanya karena kerusakan otak.
1.2
Aterosklerosis
1.2.1
Definisi
Arteriosklerosis atau pengerasan arteri merupakan fenomena penyakit yang
sangat penting disebagian besar negara maju. Istilah arteriosklerosis
sebetulnya meliputi setiap keadaan pada pembuluh arteri yang mengakibatkan
penebalan atau pengerasan dindingnya. Ada tiga keadaan yang umumnya tercakup di
dalam arteriosklerosis, yaitu sklerosis monckeberg, arteriolosklerosis, dan
aterosklerosis.
Sklerosis monckeberg melibatkan pengendapan garam-garam kalsium dalam
dinding muskular arteri yang berukuran sedang. Walaupun keadaan ini dapat
dideteksi secara kasar dan bahkan dapat dilihat pada film rontgen, bentuk
arteriosklerosis ini secara klinis tidak penting karena endotel pembuluh yang
terlibat tidak menjadi kasar dan lumennya tidak menyempit.
Arteriosklerosis menyatakan penebalan arteriol. Keadaan ini sering terdapat
pada penderita tekanan darah tinggi dan dalam taraf tertentu berhubungan dengan
usia tua. Jenis arteriosklerosis yang paling penting adalah aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan aorta, cabang-cabangnya
yang besar dan arteri berukuran sedang, seperti arteri yang menyuplai darah ke
bagian-bagian ekstremitas, otak, jantung, dan organ dalam utama. Aterosklerosis
tidak menyerang arteriol dan juga tidak melibatkan sirkulasi vena. Penyakit ini
multifokal, dan lesi unit, atau ateroma (bercak aterosklerosis), terdiri dari
massa bahan lemak dengan jaringan ikat fibrosa. Sering disertai endapan
sekunder garam kalsium dan produk-produk darah. Bercak aterosklerotik mulai
pada lapisan intima atau lapisan dalam dinding pembuluh tetapi dalam
pertumbuhannya dapat meluas sampai melewati tunika media atau bagian
muskuloelastika dinding pembuluh.
1.2.2
Morfologi
Lapisan endotel yang licin pada pembuluh darah merupakan perlindungan
penting melawan pembentukan trombus, sehingga mudah dimengerti mengapa
aterosklerosis mempunyai kecenderungan besar menjadi trombosis arteri. Pada
pembuluh besar seperti aorta, ateroma yang banyak dan berat umumnya tidak
mengakibatkan penyumbatan lumen tetapi hanya menyebabkan permukaan endotel
menjadi kasar. Dalam pembuluh yang lebih kecil, ateroma dapat benar-benar
berupa lingkaran yang mengakibatkan penyempitan lumen yang nyata.
1.2.3
Etiologi dan Insiden
Perkembangan aterosklerosis disebabkan oleh banyak faktor, dan karena itu
tidak mungkin menyebut faktor etiologi tunggal atau dominan. Berbagai faktor
yang menyokong perkembangan aterosklerosis tersebar luas pada penduduk di
negara-negara maju, sehingga hanya anak-anak yang terhindar dari penyakit ini.
Ternyata, pada autopsi yang dilakukan pada orang dewasa muda yang meninggal
akibat trauma sering menunjukkan adanya lesi aterosklerosis, yang kadang-kadang
sudah sangat berat. Endapan lemak paling dini dapat terlihat pada anak-anak
kecil dan cenderung bertambah dengan meningkatnya usia. Laju peningkatan ukuran
dan jumlah ateroma dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor genetik penting dan
aterosklerosis serta komplikasinya cenderung terjadi dalam keluarga. Seseorang
dengan kadar kolesterol serum yang tinggi dan pada penderita diabetes melitus
akan lebih mudah mendapatkan aterosklerosis. Tekanan darah merupakan faktor
penting bagi insiden dan beratnya aterosklerosis. Pada umumnya penderita
hipertensi akan menderita aterosklerosis lebih awal dan lebih berat. Dan
beratnya penyakit berhubungan dengan tekanan darah, walaupun dalam batas
normal. Aterosklerosis tidak terlihat pada arteria pulmonalis karena mempunyai
tekanan yang rendah, kecuali jika tekanannya meningkat secara abnormal, keadaan
ini dinamakan hipertensi pulmonal. Faktor resiko lain di dalam perkembangan
aterosklerosis adalah merokok. Merokok meupakan faktor lingkungan utama yang
menyebabkan aterosklerosis menjadi semakin buruk. Cara yang tepat untuk
mengetahui berbagai faktor penyokong patogenesis lesi aterosklerosis belum
diketahui sepenuhnya.
1.2.4
Efek
Akibat aterosklerosis sebagian tergantung pada ukuran arteri yang
terserang. Jika arteri berukuran sedang, seperti cabang utama arteria
koronaria, dengan garis tengah lumen beberapa milimeter, aterosklerosis lambat
laun dapat mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total lumen.
Berbeda dengan perkembangan penyumbatan yang lambat ini, komplikasi
aterosklerosis dapat mengakibatkan penyumbatan mendadak. Salah satu keadaan
seperti ini adalah pembentukan trombus yang bertumpuk pada lapisan intima yang
kasar, yang ditimbulkan oleh plak aterosklerosis. Trombosis cenderung
menimbulkan penyumbatan dalam arteri ukuran kecil atau ukuran sedang, tetapi
mungkin juga terdapat dalam bentuk endapan tipis pada dinding pembuluh besar
seperti aorta. Komplikasi lain aterosklerosis adalah perdarahan di pusat plak
yang lunak. Pada sebuah pembuluh dengan ukuran sebesar arteria koronaria
perdarahan tersebut dapat mengakibatkan pembengkakan plak disertai penyumbatan
lumen yang mendadak. Komplikasi lain yang dapat mengakibatkan penyumbatan
arteri akut adalah ruptur bercak disertai pembengkakan kandungan lipid yang
lunak ke dalam lumen dan penyumbatan pada bagian bawah pembuluh yang lebih
sempit. Akhirnya, jika cukup luas dan berat, lesi aterosklerosis itu dapat
menembus dinding muskularis dan dinding elastis (tunika media) dinding arteri,
sehingga melemahkan dinding tersebut. Pada aorta abdominalis, tempat yang
paling sering terjadi aterosklerosis yang berat, kerusakan tunika media seperti
ini dapat mengakibatkan terbentuknya aneurisma aterosklerosis yang merupakan
penggelembungan dinding arteri yang lemah. Walaupun trombus dapat terbentuk
dalam aneurisma seperti ini akibat pusaran abnormal dari darah dan akibat
intima yang kasar, tetapi komplikasi aneurisma yang paling berbahaya adalah
terjadinya ruptur disertai perdarahan.
1.3
Shock
1.3.1
Definisi
Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi akibat
disparitas (ketidakseimbangan) antara volume darah dengan ruang susunan
vaskuler. Gejala-gejala shock ditandai dengan rasa lesu dan lemas, kulit yang
basah (keringat), kesadaran menurun, kolaps vena (terutama vena-vena
superfisial), kepucatan, nadi cepat dan lemah, tachicardia (tekanan nadi tidak
normal), pernapasan dangkal (sesak nafas), tekanan darah rendah (hipotensi),
oliguria dan kadang-kadang disertai muntah yang berwarna seperti air kopi
akibat perdarahan dalam lambung (hematemesis).
Shock
adalah kondisi medis yang mengancam nyawa dengan mana tubuh menderita dari
aliran darah yang tidak cukup diseluruh tubuh. Shock seringkali menemani luka
atau penyakit yang parah. Guncangan medis atau medical shock adalah keadaan
darurat medis dan dapat menjurus pada kondisi-kondisi lain seperti kekurangan
oksigen dalam jaringan-jaringan tubuh (hypoxia), serangan jantung (cardiac
arrest) atau kerusakan organ. Ia memerlukan perawatan segera karena
gejala-gejala dapat memburuk secara cepat.
Medical shock
adalah berbeda daripada shock emosional atau shock psikologi yang dapat terjadi
setelah kejadian emosional yang traumatik atau menakutkan.
1.3.2
Tipe-Tipe Shock
Shock dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Septic shock
berakibat dari penggandaan bakteri dalam darah dan pelepasan racun-racunnya.
Penyebab-penyebab umum dari ini adalah pneumonia,
infeksi-infeksi dalam perut (seperti pecahnya usus buntu) dan meningitis.
2. Anaphylactic
shock adalah tipe dari hipersensitivitas yang parah atau
reaksi alergi
yang parah. Penyebab-penyebab termasuk alergi pada sengatan-sengatan serangga,
obat-obat atau makanan-makanan (kacang-kacang, berries, seafood) dll.
3. Cardiogenic
shock terjadi ketika jantung rusak dan tidak mampu untuk
mensuplai darah yang cukup ke tubuh. Ini dapat menjadi hasil akhir dari
serangan jantung atau gagal
jantung kongestif.
4. Hypovolemic
shock disebabkan oleh kehilangan darah dan cairan yang
parah, seperti dari luka tubuh yang traumatik, yang membuat jantung tidak mampu
untuk memompa cukup darah ke tubuh.
5. Neurogenic
shock disebabkan oleh luka sumsum tulang belakang (spinal
cord), biasanya sebagai akibat dari kecelakaan atau luka traumatik.
1.3.3
Penyebab Shock
Ada
beberapa penyebab-penyebab utama dari shock, yaitu :
1.
Kondisi jantung (serangan jantung, gagal
jantung)
2.
Perdarahan dalam atau luar yang berat,
seperti dari luka yang serius
3.
Dehidrasi
4.
Infeksi
5.
Reaksi alergi yang parah
6.
Luka-luka tulang belakang (spine)
7.
Luka-luka bakar
Tanda-tanda
dan gejala-gejala shock
1. Tekanan
darah rendah (hipotensi) adalah tanda kunci dari shock.
2. Pernapasan
yang cepat dan dangkal
3. Kedinginan,
kulit yang basah keringat
4. Nadi
yang cepat dan lemah
5. Kepeningan
atau pingsan
6. Kelemahan
7. Mata-mata
nampak membelalak
8. Ketakutan
atau agitasi
9. Kebingungan
atau tidak merespon
10. Pengeluaran
urin yang rendah atau tidak ada
11. Bibir-bibir
dan jari-jari tangan yang kebiruan (sianosis)
12. Berkeringat
13. Nyeri
dada
1.3.4
Perawatan
Perawatan
pada pasien shock tergantung pada tipe atau penyebab shock. Pada umumnya, fluid resuscitation (memberikan jumlah
cairan yang besar untuk menaikkan tekanan darah dengan cepat) dengan IV (intravena)
dalam ambulan atau kamar, dalam keadaan darurat adalah perawatan garis pertama
untuk semua tipe-tipe shock. Dokter juga akan memasukkan obat-obatan seperti epinephrine, norepinephrine atau dopamine
ke dalam cairan untuk mencoba menaikkan tekanan darah pasien untuk memastikan
aliran darah ke organ-organ vital berjalan dengan lancar. Test laboratorium
(contohnya x-rays, tes darah, EKGs) akan menentukan penyebab yang mendasari
shock dan mengungkap keparahan dari penyakit pasien.
Septic shock dirawat dengan pemasukan segera
antibiotik tergantung pada sumber dan tipe dari infeksi yang mendasarinya.
Pasien-pasien ini seringkali terdehidrasi dan memerlukan jumlah cairan yang
besar untuk meningkatkan dan memelihara tekanan darah.
Anaphylactic shock dirawat dengan diphenhydramine (Benadryl), epinephrine, obat-obat steroid methylprednisolone (Solu-Medrol) dan
adakalanya obat-obat H2-Blocker [contohnya, famotidine (Pepcid), cimetidine
(Tagamet), dll.].
Cardiogenic shock dirawat dengan mengidentifikasi
dan merawat penyebab yang mendasarinya. Pasien dengan serangan jantung mungkin
memerlukan prosedur operasi yang disebut cardiac catheterization (kateterisasi kardiak) untuk membuka
halangan arteri. Pasien dengan gagal
jantung kongestif mungkin memerlukan obat-obatan untuk
mendukung dan meningkatkan kekuatan dari denyutan jantung. Pada kasus-kasus
yang parah atau berkepanjangan, transplantasi jantung mungkin adalah perawatan
satu-satunya.
Hypovolemic shock dirawat dengan cairan-cairan (saline) pada kasus-kasus minor. Namun,
mungkin memerlukan beberapa kali transfusi darah pada kasus-kasus yang parah.
Penyebab yang mendasari perdarahan harus juga diidentifikasi dan dikoreksi.
Neurogenic shock adalah yang paling sulit untuk
dirawat. Kerusakan pada sumsum tulang belakang (spinal cord) seringkali tidak dapat dibalikkan dan menyebabkan
persoalan dengan fungsi pengaturan alamiah tubuh. Disamping cairan-cairan dan
pengamatan, immobilization (menahan
spine dari gerakan), obat anti peradangan seperti steroids, dan adakalanya
operasi adalah bagian-bagian utama dari perawatan.
Beberapa
hal yang bisa dilakukan di rumah untuk perawatan pasien shock yaitu :
1. Panggil
911 untuk pemberian medis segera setiap waktu seseorang mempunyai gejala-gejala
shock. Jangan menunggu sampai gejala-gejala memburuk sebelum memanggil bantuan.
Dampingi orang itu sampai bantuan tiba.
2. Ketika
menunggu bantuan atau dalam perjalanan ke unit gawat darurat, periksa saluran
udara, pernapasan, dan sirkulasi orang itu. Lakukan CPR jika anda terlatih.
Jika orang itu bernapas sendiri, terus menerus memeriksa pernapasan setiap lima
menit sampai bantuan tiba.
3. Baringkan
orang itu diatas punggungnya dengan kaki terangkat diatas kepala (jika menaikkan
kaki menyebabkan nyeri atau luka, pertahankan orang itu rata) untuk
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Jangan menaikkan kepala.
4. Jangan
menggerakan seseorang yang mempunyai luka spine yang telah diketahui atau
dicurigai.
5. Pertahankan
orang itu hangat dan nyaman. Longgarkan baju-baju yang ketat dan tutupi mereka
dengan selimut.
6. Jangan
memberikan cairan melalui mulut, bahkan jika orang itu mengeluh kehausan. Karena
beresiko tersedak dalam kejadian kehilangan kesadaran yang tiba-tiba.
7. Berikan
bantuan pertama yang tepat untuk segala luka-luka.
1.3.5
Pencegahan
Hal
yang dapat dilakukan untuk pencegahan terjadinya shock yaitu :
1. Pelajari
cara-cara untuk mencegah penyakit jantung, luka-luka, dehidrasi dan
penyebab-penyebab lain dari shock.
2. Jika
anda mempunyai alergi
yang diketahui, bawa epinephrine pen,
yang dapat diresepkan oleh dokter anda.
1.3.6
Prognosis
Prognosis
tergantung pada penyebab dari shock, kesehatan keseluruhan pasien, dan
kecepatan perawatan dan kesembuhan. Umumnya, hypovolemic shock
dan anaphylactic shock merespon baik pada perawatan medis jika
dimulai dengan awal.
Septic shock adalah kondisi serius yang dapat
mempunyai angka kematian dari 40%-75% menurut beberapa perkiraan. Segera setelah
infeksi dirawat dan diberikan terapi cairan, lebih besar kesempatan untuk tertolong.
Cardiogenic shock mempunyai prognosis yang buruk,
dengan hanya 1/3 dari pasien yang selamat. Karena tipe shock ini berakibat dari
luka atau disfungsi jantung adalah seringkali sulit untuk merawat dan
mengatasinya.
Spinal shock juga mempunyai prognosis yang sangat
buruk karena sumsum tulang belakang (spinal
cord) menengahi begitu banyak fungsi tubuh yang penting. Sementara ini tersedia
sedikit perawatan-perawatan efektif namun penelitian medis sedang membuat
kemajuan dalam perawatan luka spine (tulang belakang).
1.4
Dehidrasi
1.4.1
Definisi
Dehidrasi ialah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai output
yang melebihi intake sehingga jumlah air
pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang terutama ialah cairan tubuh, tetapi
dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Ketika keseimbangan
cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan muncul. Tubuh lalu
menghasilkan hormon anti-diuretik (ADH) untuk mereduksi produksi urine di ginjal.
Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak banyak. Sehingga tubuh akan
langsung merespons dehidrasi awal (kehilangan sekitar 2% cairan tubuh). Mulanya
ditandai dengan gejala rasa haus yang teramat sangat. Mulut dan lidah kering, produksi air liur pun berkurang. Produksi
kencing pun menurun. Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3%-4% dari berat
badan, maka akan terjadi penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi
panas dan naik, biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman.
Nafsu makan hilang, kulit kering dan memerah, dan muncul rasa mual. Ketika cairan yang hilang mencapai
5%-6% dari berat badan, frekuensi nadi meningkat, dan denyut jantung menjadi
cepat. Frekuensi pernapasan juga makin tinggi dan diikuti napas jadi
memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah penurunan konsentrasi, sakit kepala,
mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat. Kehilangan cairan tubuh 10% - 15%
dapat menyebabkan otot menjadi kaku, kulit keriput, gangguan penglihatan,
gangguan buang air kecil, dan gangguan kesadaran. Dan apabila mencapai lebih
dari 15% akan mengakibatkan kegagalan multiorgan dan mengakibatkan kematian. Air
yang kita minum umumnya cukup untuk mengganti cairan yang hilang saat
beraktivitas normal seperti bernapas, berkeringat, buang air kecil, atau
buang air besar.
Dehidrasi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1.
Dehidrasi hipertonik, yaitu hilangnya air
lebih banyak dari natrium. Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar
natrium serum (≥145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (≥285
mmol/liter).
2.
Dehidrasi isotonik, yaitu hilangnya air
dan natrium dalam jumlah yang sama. Dehidrasi isotonik ditandai dengan
normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif
serum (270-285 mmol/liter).
3.
Dehidrasi hipotonik, yaitu hilangnya
natrium yang lebih banyak dari pada air. Dehidrasi hipotonik ditandai dengan
rendahnya kadar natrium serum (≤135mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (≤270
mmol/liter).
1.4.2
Penyebab Dehidrasi
Pada umumnya dehidrasi disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut :
1.
Mengalami sakit diare
Pada kondisi sakit ini manusia sering mengeluarkan
cairan dari lubang anus yang bercampur dengan feses yang mengakibatkan turunnya
cairan tubuh, nampak jelas saat penderita diare membutuhkan banyak minum.
2.
Muntah
Jika pasien masuk angin mungkin pasien akan mengalami
muntah dimana cairan akan keluar bersama dengan makanan yang dicerna oleh perut.
3.
Mengeluarkan
banyak keringat
Saat kita berolah raga atau bepergian dengan jalan
kaki jelas kita harus membawa persediaan air sebagai pengganti cairan tubuh , karena
keringat juga cairan tubuh yang terbuang melalui media kulit.
4.
Mengidap
penyakit diabetes
Pada pasien yang menderita diabetes, jika diperhatikan
pasien akan sering buang air kecil , karena memang zat gula sering keluar
bersama urin. Terlalu banyak kencing juga dapat menyebabkan dehidrasi.
5.
Adanya luka
bakar di sekujur tubuh
Saat mengalami luka bakar serius di seluruh bagian
tubuh, maka kulit akan mengeluarkan cairan yang membantu menahan serangan benda
asing dari luar selain itu juga berfungsi mengembalikan kondisi kulit pada
keadaan semula, pada kondisi ini tentunya akan dibutuhkan banyak sekali cairan
karena kulit yang terbakar juga banyak.
1.4.3
Gejala Dehidrasi
Ada beberapa gejala dehidrasi
yang bisa dilihat dengan jelas, yaitu :
1.
Air mata yang berkurang
2.
Tidak mudah berkeringat
3.
Mulut yang terlihat kering
4.
Otot menjadi kaku
5.
Merasa mual sampai dengan muntah
6. Kepala menjadi sangat ringan saat berdiri
1.4.4
Mengatasi Dehidrasi
Tubuh manusia yang pada dasarnya 75% adalah cairan, tentunya air menjadi
faktor penting, banyak minum paling tidak delapan gelas perhari bisa menjadi
alternatif bagi penderita yang sering berolahraga
ataupun traveling dengan jalan
kaki.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semua
sel dan jaringan tubuh manusia terendam dalam cairan yang memiliki komposisi
kimia serupa dengan air laut. Hal ini mencerminkan awal evolusi manusia. Agar
fungsi sel dapat berlangsung normal, komposisi cairan ini harus relatif
konstan. Keseimbangan yang dinamis atau homeostatis dari air, elektrolit, dan
keseimbangan asam-basa dalam tubuh dipelihara melalui mekanisme faal kompleks
yang melibatkan banyak sistem tubuh lain.
Gangguan
cairan, elektrolit, dan asam-basa sering merupakan dasar penyebab suatu
penyakit yang pada akhirnya menyebabkan gangguan sistemik. Cara terbaik untuk
dapat mengenali dan mengatasi gangguan ini adalah dengan memahami faal normal
cairan dan elektrolit beserta mekanisme patofisiologi yang mendasarinya.
3.2 Saran
Berdasarkan
simpulan yang telah diuraikan di atas, penyusun mengemukakan saran bahwa kita
harus menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa di dalam tubuh
kita. Agar tidak terjadi penyakit akibat ketidakseimbangan cairan.
subhanallah, terima kasih banyak postingannya mbak... sangat membantu untuk referensi tugas saya...
BalasHapusOke !!!
BalasHapusSama-sama, -_-