Cari Blog Ini

Jumat, 20 Maret 2015

My Diary



Untuk Kakak Perempuanku Tersayang, Inilah yang Ingin Aku Sampaikan

Dilahirkan sebagai saudara, kira-kira sudah seperempat abad kita tinggal satu atap bersama. Aku mungkin sering cemburu denganmu, tapi kamu tidak keberatan karena cemburuku terdengar sangat wajar. Karena setelah aku dilahirkan, bapak dan ibu memang tidak terlalu penuh memberiku kepercayaan.
Pagi hari saat akan berangkat sekolah, kamu mengenakan seragam dan menyantap sarapan dengan perhatian ibu. Ibu memang lebih memperhatikan kamu, sehingga aku yang terabaikan. Aku sering mengorbankan waktu istirahatku dan menuruti perintah bapak dan ibu untuk membantu, sedangkan kamu hanya terdiam di dalam kamarnya.
Kini kita sudah sama-sama dewasa. Aku dan kamu tumbuh jadi dua perempuan dengan sifat dan karakter yang berbeda. Kita jarang bicara, sedangkan kamu paling suka mengobrol atau bercerita dengan temanmu. Model baju, aliran musik, buku bacaan favorit; selera kita ibarat bumi dan langit. Tapi dibalik segala perbedaan dan perselisihan, bukankah kita tetap sepasang saudara? Tidakkah kamu juga seperti aku, yang menyimpan rasa sayang dan cinta tapi enggan mengungkapkannya?
Sebagai adik, aku terdidik untuk mencontohmu. Menjadikan kamu sebagai role model sesuai anjuran ayah, ibu, dan kebanyakan orang di sekitarku. Aku pun diajarkan mematuhi perintah dan nasihat-nasihat darimu. Mereka biasa berkata, “Sel, contoh kakakmu. Dia itu pintar, rajin, dan bisa mandiri. Kamu harus nurut kalau dinasihati kakakmu.”
Tapi kenapa? Disaat ibu dan ayah sama-sama jatuh sakit, aku yang lebih banyak merawat mereka. Tugas-tugas harian ibu pun aku kerjakan; entah mulai yang membersihkan rumah, cuci baju, hingga pergi belanja.
Aku sangat iri padamu. Disaat mereka sakit, mereka masih memikirkan kamu. Entah aku berpikir, kalau selama ini hanya kamu yang selalu ada dipikiran mereka dan aku tidak berguna. Hatiku sangat sakit, mereka yang mempercayaimu engkau abaikan. Sedangkan mereka yang tidak mempercayaiku aku turuti. Aku tidak mengerti dengan perasaanmu. Kamu berpikir akulah orang yang paling disayang dan diberi kepercayaan oleh bapak dan ibu. Pikiran itu salah, mereka sangat membutuhkan kamu bukan aku. Jujur, aku sangat sedih jika mereka membicarakan dan membandingkan kamu dengan aku. Perbandingan kita sangat jauh. Aku berharap kamu bisa memberikan contoh yang terbaik untuk adik-adikmu dan cepat berpikir dewasa jangan menuruti sikap keegoisanmu.
Surat ini aku tulis dengan perasaanku untuk kakak perempuanku, semoga surat ini tidak akan pernah sampai di tanganmu.

Dari adikmu,
Yang berharap kau tak akan pernah membaca tulisanku